Ad Code

Responsive Advertisement

Gapura Wringin Lawang: Keunikan dan Sejarahnya

Gapura Wringin Lawang adalah sebuah situs sejarah yang terletak di kawasan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Situs ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang pernah berjaya pada abad ke-14 hingga ke-15. Nama "Wringin Lawang" sendiri berasal dari bahasa Jawa, di mana "wringin" berarti pohon beringin, sementara "lawang" berarti pintu atau gerbang. Secara harfiah, Gapura Wringin Lawang dapat diterjemahkan sebagai “Gerbang Pohon Beringin”. Nama ini diambil karena pada masa lalu, terdapat dua pohon beringin besar yang tumbuh di sekitar area gerbang tersebut.

Sejarah dan Asal Usul Gapura Wringin Lawang

Diperkirakan, Gapura Wringin Lawang dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14, pada masa kejayaan raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Gapura ini diperkirakan memiliki peran sebagai pintu masuk atau gerbang utama ke kompleks istana atau kediaman penting di ibu kota Majapahit yang terletak di Trowulan.

Meskipun fungsi pastinya belum sepenuhnya diketahui, banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa gapura ini mungkin digunakan untuk menandai batas atau wilayah kekuasaan tertentu. Beberapa teori menyebutkan bahwa gapura ini berfungsi sebagai pintu gerbang menuju kediaman Mahapatih Gajah Mada, tokoh besar dalam sejarah Majapahit yang memimpin banyak ekspansi besar Kerajaan Majapahit. Ada juga yang menyebutkan bahwa Gapura Wringin Lawang bisa jadi merupakan pintu masuk ke kompleks ibukota kerajaan yang menjadi simbol kemegahan Majapahit.

Gapura Wringin Lawang 

Desain dan Arsitektur Gapura Wringin Lawang

Gapura Wringin Lawang dibangun dengan menggunakan batu bata merah yang dipahat dengan sangat halus. Bentuknya merupakan contoh dari arsitektur candi bentar, yaitu gapura yang terbagi menjadi dua bagian simetris tanpa atap. Candi bentar merupakan jenis arsitektur khas Majapahit yang menunjukkan keanggunan dan kesederhanaan.

Panjang dari Gapura Wringin Lawang mencapai 13 meter, dengan lebar 11,5 meter dan tinggi sekitar 15,5 meter. Keunikan desain gapura ini terletak pada keberadaan celah atau rongga yang sangat khas di bagian tengahnya. Meskipun tidak ada atap, struktur ini tetap menunjukkan kekokohan dan ketahanannya terhadap cuaca dan waktu. Selain itu, gapura ini dilengkapi dengan pahatan dan ornamen yang mencerminkan seni dan kebudayaan Majapahit.

Pada tahun 1990-an, Gapura Wringin Lawang mengalami pemugaran untuk memperbaiki bagian-bagian yang rusak, terutama pada puncak dan tubuh sisi utara yang sudah hilang karena faktor usia dan cuaca. Pemugaran ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keaslian dan kelestarian bangunan bersejarah ini sebagai warisan budaya.

Makna dan Fungsi Gapura Wringin Lawang

Sebagai sebuah gerbang, Gapura Wringin Lawang memiliki simbolisme yang sangat dalam bagi masyarakat Majapahit pada masa itu. Sebagai salah satu pintu masuk utama ke kompleks kerajaan, gapura ini tidak hanya berfungsi sebagai pembatas fisik, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan dan keagungan kerajaan. Posisi dan desain gapura yang besar serta megah mencerminkan betapa pentingnya Majapahit di masa kejayaannya.

Gapura ini juga dapat dilihat sebagai simbol dari hubungan antara manusia dan alam, di mana pohon beringin yang tumbuh di sekitar gapura menggambarkan kekuatan dan kedamaian, sementara bangunan itu sendiri menggambarkan kekokohan dan keteraturan dalam struktur masyarakat kerajaan Majapahit. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa gapura ini bisa jadi merupakan tempat di mana ritual atau upacara penting dilaksanakan.

Gapura Wringin Lawang Sebagai Situs Wisata Sejarah

Saat ini, Gapura Wringin Lawang tidak hanya merupakan objek sejarah, tetapi juga menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik di Jawa Timur. Berlokasi di Trowulan, situs ini menarik perhatian wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan budaya Majapahit. Pengunjung dapat mengagumi arsitektur kuno yang masih terjaga dengan baik, serta merasakan atmosfer kejayaan Majapahit yang masih terpendam di sekitar situs ini.

Trowulan sendiri merupakan kawasan yang kaya akan peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit, dengan berbagai situs lainnya seperti Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, dan berbagai situs lainnya yang memberikan gambaran tentang kehidupan kerajaan besar yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Asia Tenggara pada masanya.

Dengan adanya pemeliharaan dan perlindungan terhadap Gapura Wringin Lawang, serta peningkatan fasilitas wisata di kawasan Trowulan, situs ini diharapkan dapat terus menjadi sumber pengetahuan dan kebanggaan budaya bagi masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi daya tarik wisata yang mendukung perkembangan ekonomi setempat.

Gapura Wringin Lawang adalah saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Majapahit yang pernah menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara. Sebagai gerbang megah yang menghubungkan dunia luar dengan wilayah kerajaan, gapura ini memiliki makna simbolis yang mendalam tentang kekuasaan, keharmonisan, dan kebudayaan Majapahit. Keindahan arsitekturnya, serta nilai sejarah yang terkandung di dalamnya, menjadikan Gapura Wringin Lawang bukan hanya sekadar objek wisata, tetapi juga sebagai warisan budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan.

Arsitektur Gapura Wringit Lawang

Arsitektur Gapura Wringit Lawang mengusung desain tradisional Jawa yang dipadukan dengan pengaruh kolonial. Gerbang ini dibangun dengan bentuk yang megah dan memiliki detil ornamen khas yang mencerminkan kekayaan budaya Jawa, seperti ukiran pada bagian atas dan samping gerbang yang menggambarkan motif flora dan fauna.

Pada bagian atas gapura, terdapat struktur menyerupai atap joglo yang menambah kesan anggun dan menawan. Tidak hanya itu, beberapa elemen desainnya juga mencerminkan ciri khas arsitektur Belanda yang digunakan dalam pembangunan infrastruktur pada masa kolonial. Hal ini menciptakan perpaduan yang unik antara tradisi Jawa dan gaya kolonial yang memperkaya nilai estetika gapura ini.

Peran Gapura Wringit Lawang dalam Kehidupan Masyarakat
Selain sebagai objek wisata, Gapura Wringit Lawang juga berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat. Gerbang ini tidak hanya digunakan sebagai tempat berfoto atau tempat beristirahat bagi para wisatawan, tetapi juga menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa yang terjadi di wilayah tersebut. Sebagai bagian dari warisan budaya, Gapura Wringit Lawang seringkali menjadi lokasi penyelenggaraan acara budaya, seperti festival atau peringatan hari besar daerah.

Masyarakat setempat juga sering mengadakan kegiatan tradisional di sekitar gapura ini, menjadikannya pusat aktivitas komunitas. Di samping itu, gapura ini juga menjadi titik pertemuan antara generasi yang lebih muda dan yang lebih tua, yang mengenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada penerusnya.

Gapura Wringit Lawang sebagai Landmark Wisata

Sebagai salah satu ikon di Jember, Gapura Wringit Lawang sering menjadi tujuan wisata bagi mereka yang tertarik dengan sejarah dan budaya Jawa. Wisatawan dapat menikmati pemandangan sekitar yang asri, serta menikmati ketenangan yang dihadirkan oleh struktur gapura tersebut yang dikelilingi oleh pepohonan rindang.

Pengunjung juga dapat belajar tentang sejarah dan filosofi yang terkandung di dalam Gapura Wringit Lawang. Bagi wisatawan yang datang dari luar daerah, gapura ini menjadi titik awal untuk mengeksplorasi keindahan dan keunikan Kabupaten Jember, yang terkenal dengan pesona alamnya, serta kekayaan budayanya.

Post a Comment

0 Comments